PERSEPSI INSTRUKTUR MENGENAI KEBUGARAN DAN CEDERA DI KAMPUNG WISATA AIR TITIK 0 JAWA TENGAH: STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF

https://doi.org/10.5614/jskk.2021.6.2.7

Authors

  • Rizki Mulyawan
  • Yudik Prasetyo Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta
  • Fatkurahman Arjuna Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta
  • Atikah Rahayu Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta
  • Farid Imam Nurhadi Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract

Resiko terjadi cedera tidak hanya ada di lapangan, aktivitas fisik di lingkungan tempat wisata pun memiliki potensi terjadinya cedera yang sangat besar. Persepsi mengenai cedera perlu dipertimbangkan sebagai langkah awal antisipasi kejadian cedera akibat aktivitas fisik di tempat rekreasi. Mayoritas praktisi mungkin lupa bahwa peran instruktur khususnya di tempat wisata perlu dipelajari lebih mendalam karena masih jarang ada yang berani untuk menelusuri lebih lanjut. Observasi studi ini dilakukan kepada 18 instruktur melalui teknik pengambilan subjek dengan total sampling di Kampung Wisata Air Titik 0 Jawa Tengah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa semua instruktur yang terlibat terbiasa melakukan aktivitas fisik 1-2 kali seminggu sebesar 88,89%, lebih besar dibandingkan instruktur yang terbiasa beraktivitas fisik 3-4 kali seminggu yang hanya sebesar 11,11%. Cedera di bagian kepala belum pernah dialami oleh seluruh instruktur, satu orang mengalami cedera pada bagian punggung (5,5%) dan tubuh bagian atas (5,5%), dan mayoritas instruktur mengalami cedera pada tubuh bagian bawah (88,89%). Kondisi tegang (38,89) dan memar (27,78%), retak (16,67%), berputar atau terkilir (5,56%) dialami oleh semua intruktur. Penyebab cedera terjadi mayoritas akibat jatuh (72,27%), kontak fisik (16,67%) dan beban berlebih (11,11%). Lebih dari 50% instruktur mengalami pengulangan cedera dan berhenti melakukan kegiatan kurang lebih sampai rentang 2 minggu. Terjadi penurunan waktu peregangan, meskipun semua instruktur tidak lupa untuk melakukan sebelum dan setelah aktivitas. Perlu adanya penerapan strategi pemulihan, meskipun instruktur beranggapan bahwa cedera tidak menurunkan kondisi kebugaran.

Published

2022-01-30

Issue

Section

Articles