Studi Kasus: Analisis Kegagalan Sambungan Las Pipa CRA Clad Penyalur Gas 12 inch Akibat Terjadinya Perubahan Fasa dan Terbentuknya Cacat Las pada Saat Konstruksi
DOI:
https://doi.org/10.5614/MESIN.2018.27.2.1Abstract
Suatu sistim perpipaan penyalur gas telah dibangun dengan mempergunakan material baja karbon API 5LX60, PSL2 yang dilapis dengan baja tahan karat 316L atau disebut juga sebagai Corrosion Resistance Alloy (CRA) dibagian dalamnya (CRA Clad Pipe). Mengingat bahwa suatu sistim penyalur yang dibangun akan mencapai ukuran yang cukup panjang, maka sudah barang tentu perlu dilakukan penyambungan dengan mempergunakan proses las. Pelaksanaan penyambungan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat jenis pipa yang dipergunakan merupakan pipa baja yang dilapis oleh bahan yang berbeda yaitu mempergunakan bahan baja tahan karat 316L yang memiliki sifat dan kemampuan las yang berbeda dengan baja. Demikian pula material lasan yang dipergunakan adalah baja tahan karat 309L. Dalam kondisi normal, hasil pengelasan tidak akan menunjukkan terjadinya perubahan struktur yang ekstrim, dimana logam-logam tersebut akan tersambung dengan baik dan tidak ada perubahan sifat dasar dari logam-logam yang disambung baik itu bahan baja karbon sebagai bahan pipanya, bahan baja pelapis yang terbuat dari baja tahan karat 316L dan bahan lasan antara yang sering disebut sebagai buttering yang dalam hal ini mempergunakan bahan SS 309L. Tetapi pada kenyataannya suatu kegagalan berupa retakan, terjadi pada saat dilakukannya konstruksi sehingga perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap kegagalan tersebut, sebagai bahan pembelajaran dan hasil evaluasi ini dapat dijadikan bahan untuk melakukan tindakan pencegahan agar kegagalan serupa tidak terulang lagi dikemudian hari. Metoda analisa yang dipakai dimulai dari pemeriksaan visual, pemeriksaan spesifikasi material dan komposisi kimia, pemeriksaan fraktografi, pemeriksaan metalografi mikro dan makro, pengukuran kekerasan, pemeriksaan dokumen seperti WPS dan WPQR. Dari pengamatan fraktografi dan metalografi ternyata terungkap adanya sambungan yang tidak sempurna yang disebut sebagai Lack of Fusion,dan adanya pembentukan fasa martensit yang berlebihan disertai adanya retakan mikro pada akar lasan. Dari hasil pengamatan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegagalan terjadi karena adanya cacat lasan dan terjadinya retakan pada logam lasan akibat terbentuknya fasa martensit, yang saling berasosiasi untuk menghasilkan kegagalan final dari sambungan las.