Pola Pergerakan dan Dekonsentrasi Pekerjaan di Kawasan Metropolitan: Studi Kasus Pekerja Industri Cikarang, Bekasi

Authors

  • Putri Sugih Permatasari Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132.
  • Delik Hudalah Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132.

DOI:

https://doi.org/10.5614/jts.2013.20.2.3

Keywords:

Pergerakan harian, Suburbanisasi, Dekonsentrasi pekerjaan, Kawasan industri, Bekasi.

Abstract

Abstrak. Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di wilayah pinggiran metropolitan Jabodetabek berimplikasi pada peningkatan jumlah pekerja yang cukup besar. Mereka melakukan pergerakan harian dari tempat tinggal menuju lokasi pekerjaan secara kontinu. Kecenderungan pergerakan bekerja yang terjadi selama ini merupakan pergerakan yang terkonsentrasi menuju ke kota inti Jakarta. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan pola pergerakaran harian pekerja industri di wilayah pinggiran metropolitan Jabodetabek, yakni kawasan-kawasan industri di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pergerakan harian pekerja-pekerja tidak hanya berasal dari sekitar kawasan industri di Cikarang, tetapi juga berasal dari kota Inti Jakarta dan wilayah pinggiran metropolitan lainnya. Orientasi pergerakan bekerja tidak lagi hanya menuju kota inti, tetapi mulai bergeser ke pusat-pusat pekerjaan baru di wilayah pinggiran. Hal ini menunjukkan indikasi dekonsentrasi pekerjaan telah terjadi di Cikarang, khususnya di sektor industri pengolahan. Karakteristik demografis dan sosial ekonomi turut menjadi penentu dalam menjelaskan pola pergerakan harian pekerja industri di kawasan-kawasan industri Cikarang.

Abstract. The growth of industrial estate in the suburbs of Jakarta Metropolitan Area (Jabodetabek) has attracted a large number of workers, increasing commuting from the city to the suburbs. Using the case study of Cikarang, Bekasi, our analysis reveals that the worker commute not just from the surrounding suburb but also from the metropolitan core of Jakarta and other suburbs outside Bekasi. There has been a shift of commuting pattern between the city and the suburbs indicating thatthe metropolitan area begins to experience industrial employment deconcentration, at least toward the eastern suburb of Cikarang. A number of demographic and socio-economic characteristics has been related to this new commuting pattern.

References

Aguilera, A., Wenglenski, S., dan Proulhac, L., 2009. Employment Suburbanisation, Reverse Commuting and Travel Behaviour by Residents of the Central City in the Paris Metropolitan Area. Transportation Research Part A, 685-691.

BPS Kabupaten Bekasi, 2010, Kabupaten Bekasi dalam Angka 2009, Kabupaten Bekasi: BPS Kabupaten Bekasi.

Clark, William, A.V., Youqin, H., and Withers, S., 2003, Does Commuting Distance Matter? Commuting Tolerance and Residental Change, Regional Science and Urban Economics, Volume 33/(2), 199-221.

Eriyanto, 2007, Teknik Sampling, Analisis Opini Publik, Yogyakarta: LKis Yogyakarta.

Firman, T., dan Dharmapatni, I.A.I., 1995. The Emergence of Extended Metropolitan Regions in Indonesia: Jabodetabek and Bandung Metropolitan Area. Review of Urban and Regional Development Studies, Volume 7/ (2), 167-188.

Hudalah, D., dan Firman, T., 2012. Beyond Property: Industrial Estates and Post-suburban Transformation. Cities, Volume 29/(1), 40-48.

Ingram, Gregory, K., 1998, Pattern of Metropolitan Development: What Have We Learned?, Urban Studies, Volume 35/(7), 1019-1035.

Lee, E.S., 1966, The Theory of Migration. Demography, Volume 3/(1), 47-57.

Maryonoputri, L.D., 2010, Identifikasi Karakteristik Kawasan Peri-Urban Metropolitan Jabodetabekjur. Tugas Akhir, Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Modarres, A., 2011, Polycentricity, Commuting Pattern, Urban Form: The Case of Southern California. International Journal of Urban and Regional Research, Volume 35/(6), 1193-1211.

Ocakci, M., 2000, Commuting Pattern of Industrial Laborers in the Istanbul Metropolitan Area. Cities, Volume 17/(1), 55-61.

Parnwell, M., 1993, Population Movements and The Third World. New York: Routledge.

Pas, E.I., 1984, The Effect of Selected Sociodemographic Characteristics on Daily Travel-Activity Behaviour. Environmental and Planning A, 571-581. Vol. 20 No. 2 Agustus 2013 105 Permatasari, Hudalah.

Punpuing, S., 1993, Corelates of Commuting Patterns: A Case Study of Bangkok, Thailand. Urban Studies, Volume 30/(3), 527-546.

Shon, J., 2005, Are Commuting Pattern a Good Indicator of Urban Spatial Structure?. Journal of Transport Geograph, Volume 13/(4), 306-317

Tammaru, T., 2005, Suburbanisation, Employment Change, and Commuting in The Tallin Metropolitan Area. Environmental and Planning A, Volume 37/(9), 1669-1687.

Van Der Laan, L., 1998, Changing Urban System: An Empirical Analysis at Two Spatial Levels. Regional Studies, Volume 32/(3), 235-247.

Downloads

Published

2013-08-01

How to Cite

Permatasari, P. S., & Hudalah, D. (2013). Pola Pergerakan dan Dekonsentrasi Pekerjaan di Kawasan Metropolitan: Studi Kasus Pekerja Industri Cikarang, Bekasi. Jurnal Teknik Sipil, 20(2), 97-106. https://doi.org/10.5614/jts.2013.20.2.3

Issue

Section

Articles