Bhayangkara (Tafsir Visual Peristiwa Sejarah Perang Bubat)

https://doi.org/10.5614/j.vad.2017.9.1.2

Authors

  • Mochammad Sigit Ramadhan Program Studi Magister Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa No. 10 Bandung 40132
  • Aminuddin T.H. Siregar Program Studi Magister Seni Rupa, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa No. 10 Bandung 40132

Abstract

Abstrak. Menelusuri lebih jauh sejarah kepolisian, nama Bhayangkara yang tersemat di korps Kepolisian Republik Indonesia berasal dari nama pasukan Bhayangkara yang merupakan pasukan khusus yang dipimpin oleh Patih bernama Gajah Mada di masa Kerajaan Majapahit. Adanya kesamaan nama Bhayangkara yang menjadi nama lain korps Polisi Republik Indonesia dengan Bhayangkara yang merupakan pasukan khusus Kerajaan Majapahit, serta adanya kesamaan unsur penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh oknum-oknum Bhayangkara di dua masa yang berbeda tersebut mendorong penulis untuk melakukan peninjauan kembali terhadap konsep Bhayangkara dulu dan sekarang. Pada karya tugas akhir ini penulis memposisikan diri sebagai penafsir sebuah peristiwa sejarah yang dituliskan secara visual berdasarkan intensi penulis sebagai otoritas yang berkuasa atas karya yang merupakan manifestasi penafsiran peristiwa sejarah. Penulis mempertanyakan identitas dan kuasa polisi melalui sebuah penafsiran kembali peristiwa sejarah Perang Bubat yang terjadi di abad ke-14, melalui medium seni grafis cetak tinggi cukilan kayu yang dalam sejarah perkembangannya digunakan juga sebagai media propaganda untuk menyebarkan sebuah pandangan terhadap suatu wacana sosial politik dalam sistem berpikir khalayak. Karya ini diharapkan dapat menjadi bahan tinjauan kritis dan pembelajaran atas kejadian yang terjadi berabad-abad silam dalam konteks kesekarangan untuk dimaknai sebagai peristiwa sejarah yang perlu dipahami dalam menyikapi masa depan.

Kata kunci: bhayangkara; penafsiran; polisi; propaganda; sejarah; seni grafis.

Bhayangkara (Visual Interpretation of the Bubat War Historical Event)

Abstract. Exploring the history of the Indonesian Police, the name Bhayangkara as contained in the Indonesian National Police corps comes from Bhayangkara, the elite guard in the Majapahit Kingdom that was commanded by Patih Gajah Mada. The similarity of the name Bhayangkara, which is another name of the Indonesian National Police corps, and Bhayangkara, the elite guard in the era of the Majapahit Kingdom, and the similarity of power abuse by several people or parties inside Bhayangkara in these two different eras pushed the authors to re-observe the concept of Bhayangkara in the past and today. In this artwork, the authors position themselves as interpreters of a historical event represented visually based on the authors' intention as an authority over the artwork as a manifestation of the interpretation of a historical event. About the authors question the police's identity and power through the reinterpretation of the historical event of the Bubat War in the 14th Century. Using a xylography woodcut printmaking technique that historically was developed as a propaganda medium to influence the audience's perception on social and political issues. This artwork is intended as a substance of critical observation and a learning material about the historical event that happened centuries ago in a contemporary context to be interpreted in facing the future.

Keywords: bhayangkara; history;  interpretation; police; printmaking; propaganda.

References

Rifai, M.F., Steoreotipe Terhadap Institusi Kepolisian dalam Media (Analisis Semiotik Simbol-Simbol dan Pemaknaan Stereotipe Terhadap Institusi Kepolisian yang Direpresentasikan oleh Sampul Depan Majalah Tempo Tahun 2010), Skripsi Program Sarjana, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2011.

Kau, S.A.P., Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir, Jurnal Farabi, 11(1), pp. 100-108, 2014.

Ginsberg, M., The Art of Influence, Asian Propaganda, The British Museum Press, 2013.

Piliang, Y.A., Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Jalasutra, Yogyakarta, 2003.

Published

2017-06-20