FENOMENA BAHASA BALIHO SEBAGAI IDENTITAS DIRI TOKOH CERMINAN KARAKTER BUDAYA : KAJIAN SEMIOTIKA
Abstract
Keyakinan dan ide-ide sering diiklankan di billboard melalui bahasa dan simbol. Oleh karena itu, keyakinan dan ide-ide pada billboard dapat diteliti dengan menggunakan analisis tekstual. Billboard dapat dianggap sebagai salah satu kekayaan budaya dan oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari aspek identitas, yang dibentuk melalui ideologi dan dapat dibangun melalui kesadaran perilaku individu. Teks billboard tampak sederhana tetapi dapat ditafsirkan ke dalam berbagai tingkatan dan makna. Selama proses membaca billboard, peran "mengundang" dan "mengundang" bisa menjadi "memerintah" dan "yang diperintah". Bahasa billboard mungkin membuat orang tidak ekspresif dan non-eksperimental tetapi dapat menghasilkan bahasa ekspresif yang dapat membawa pencerahan dan kecerdasan. Bahasa "žterlihat"Ÿ dan "žtak terlihat"Ÿ tidak bisa menghindari penafsiran sederhana atau terkendali dan bahkan makna ganda karena bahasa pada billboard menggunakan gaya bahasa hiperbola atau melebih-lebihkan gaya. Teks-teks billboard juga dikemas dalam simbol dan tanda yang tidak berubah-ubah. Melalui semiotika, aspek tanda dan simbol yang tersembunyi dalam bahasa billboard dapat direpresentasikan dan di analisis secara rinci. Pendekatan semiotika menjelaskan hubungan antara satu tanda dengan tanda lain yang mewakilinya. Selain itu, ada posisi yang sama antara representasi dari apa yang tersedia dan representasi apa yang tidak tersedia, antara "mewakili apa yang ada" dengan "apa yang tidak ada", yang diwakili". Kata kunci: bahasa billboard, identitas, perilaku, semiotik, tanda dan simbol Beliefs and ideas are often advertised on billboards, delivered through languages and symbols. Therefore, beliefs and ideas on billboards could be examined by using a textual analysis. Billboards could be considered as one of cultural properties hence it cannot be separated from the identity aspects, which are shaped through ideology and can be built through the awareness of individual behaviors. Billboard texts seem simple but they can be interpreted into many levels and meanings. During the billboard reading process, the roles of "inviting" and "invited" can become "to rule" and "being ruled". The billboard language might make people unexpressive and non-experimental, but it can also produce expressive language that can bring enlightenment and intelligence. The visible and invisible language cannot avoid a simple or restrained interpretation and even numerous meanings because a billboard uses a hyperbole or exaggerating style. The billboard texts are also wrapped up in symbols and signs that are not changeable. Through semiotics, sign aspects and symbols hidden in billboard language are represented and can come into another detailed analysis. Semiotic approach applies its righteousness and then explains the relationship between a sign and another sign that represents it. In addition, there is a similar position between the representation of what is available and the representation of what is not available, between "represent what exists" with" what non-existing" what is "being represented". Keywords: billboard language, identity, behavior, communication, semiotic, signs and symbols.References
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
---------------1999 Politik Ideologi dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Darmojuwono, Setiawati. 2000. Analisis Semiotik Terjemahan Metafora Ranah Warna dalam Puisi Jerman ke Bahasa Indonesia (kumpulan Makalah). Semiotik. Depok: Pusat penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian UI.
Danesi, Marcel. 2004. Messages, Sign, and Meaning: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory : Canadian Scholars"Y Press.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Hoed, Benny. H. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok. FIB UI.
Kurz, Gerhard.1982. Metapher, Allegorie, Symbol. Gottingen: Vandenhoeck&Rup.
Lechte, John. 2001. 50 Filsuf Kontemporer Dari Strukturalisme Sampai Postmodernitas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Poerwadarminta,W.J.S 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.
Rosenberg, Bernard & White, David Manning. 1964. Mass Cultural The Popular Art in America. London: Collier Macmillan Publishers.
Ricoeur, Paul. 2003. The Interpretation Theory Filsafat Wacana Membelah Makna dalam Anatomi Bahasa (terjmh Masnur Hery).Yogyakarta: IRCiSoD.
Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest (edit). 1993. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sulastri. 2009. "Ajo Sidi Pembual" Identitas Diri atau "žMesin Pembedaan"Y Keminangan: Analisis Kajian Budaya. Jurnal Sosiohumaniora .Vol.11, No.3, November 2009: 276-291.
Thompson, John.B.2007. Analisis Ideologi Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia. Jogyakarta: IRCiSoD.
Ullman, Stephen. 1977. Semantics An Introduction to the Science of Meaning. Oxford: Basil Blachwell.
-------------------.2009. Pengantar Semantik (adaptasi Sumarsono). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
William, Raymond. 1977. Marxism and Literature. Oxford dan New York: Oxford. Rujukan Elektronik:
Hamas melalui id.wikipedia.org/wiki/hamas diunduh tanggal 24/8/2013