PERNIKAHAN SEMARGA DALAM KOMUNITAS TIONGHOA PERANAKAN DI BANDUNG PADA AWAL ABAD KE 20 - KASUS KELUARGA TAN SIM TJONG (MARRIAGE WITHIN A CLAN IN CHINESE SOCIETY IN BANDUNG DURING THE EARLY 20TH CENTURY– CASE OF TAN SIM TJONG´S FAMILY)

https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2016.15.02.9

Authors

  • Bambang Tjahjadi "Freie Waldorfschule Pforzheim"

Abstract

Abstrak


Pernikahan Semarga yang terjadi dalam kalangan masyarakat Tionghoa di Bandung pada awal abad ke 20 telah mengundang konflik budaya dan sekaligus membuka paradigma baru berupa kebebasan individu dalam memilih pasangannya tanpa batasan nama marga. Polarisasi pandangan dan tindakan terjadi dalam kedua keluarga bermarga Tan yang mencerminkan situasi masyarakat Bandung saat itu. Hal ini dibukukan dalam novel „Rasia Bandoeng“ yang diterbitkan 1918. Novel ini merupakan cerita nyata keluarga Tan Sim Tjong yang antara lain membahas konflik yang terjadi akibat pelanggaran adat pernikahan Tionghoa saat itu. Masyarakat Bandung mengenal Tan Sim Tjong sebagai nama Gang Simtjong dikawasan Citepus Bandung. Melalui pendekatan historis deskriptif, sosok dan jejak Tan Sim Tjong serta dukungannya dalam konteks pernikahan semarga dibahas secara terperinci dalam tulisan ini, dengan harapan karya ini bisa menggambarkan kearifan lokal dan mengisi perkembangan sejarah kota Bandung.


Kata kunci: Tan Sim Tjong, Pernikahan Semarga, Hermine, Tionghoa Peranakan, Rasia Bandoeng


Abstract


Marriage within a clan took place in Chinese society in Bandung during the early 20th Century. It caused culture conflict, but at the same time created a new paradigm for individual freedom when people choice theirs partner without consideration to the family name. The polarity of ideas and their translation into action was typified by the intermarriage between two Tan families. The story of this was published in 1918 in a novel entitled “Rasia Bandoeng” (“The Secret of Bandoeng”). This novel tells the real story of Tan Sim Tjong’s family and deals with the conflicts arising from marrying within the same surname group, which was forbidden in the Chinese culture of that period. The people in Bandung know Tan Sim Tjong as Simtjong Alley in the Citepus district of Bandung. The paper takes a historical approach and gives detailed information about Tan Sim Tjong, his heritage and his support for the relationships and marriage within a clan, in order to maintain the local wisdom and the historical development in Bandung.


Keywords: Tan Sim Tjong, Marriage within a Clan, Hermine, Chinese “Peranakan”, Rasia Bandoeng

Author Biography

Bambang Tjahjadi, "Freie Waldorfschule Pforzheim"

Bambang Tjahjadi (Tan Siong Bouw) was born in 1957 in Bandung, Indonesia and lives now in Woeschbach /Pfinztal, Germany. He has been a math and science teacher at “Freie Waldorfschule Pforzheim, Germany since 2004. For the last two years he has been doing research on the history of his greatâ€grandfather (Tan Sim Tjong) in Bandung. Before he became a teacher, he worked as a researcher for environmental issues at a number of German research institutes for about ten years; his last project was on environmentalâ€economic studies at the German Statistical Agency in Wiesbaden. He has a degree in chemical engineering (Dipl.-Ing.) and regional science (Lic.rer.reg.) from Karlsruhe University, Germany.

References

Carey, Peter (2008). Orang Cina, Bandar Tol, Candu dan Perang Jawa - Perubahan Persepsi Tentang Cina 1755 - 1825. Komunitas Bambu, Jakarta. Cetakan pertama.

Chabanneau (1918).Rasia Bandoeng atawa satoe pertjintaan yang melanggar peradatan bangsa Tionghoa. - Satu tjerita jang benar terdjadi di kota Bandoeng dan berachir pada tahon 1917. Drukkerij Kho Tjeng Bie & Co., Batavia. Cetakan kedua.

Haryono, Steve (2016). Silsilah Tan Hwie Tjeng. (pribadi, edisi Maret 2016)

Hellwig, Tineke (2012). Hermine Tan: "žA Western-Educated Chinese Woman". In: Women and Malay Voices. (pp 127-150). Peter Lang, New York.

Kustedja, Sugiri (2012).Jejak Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung. Journal Sosioteknologi Institut Teknologi Bandung.11 (26), 105-128.

Kwartanada, Didi (2008). Perang Jawa (1825-1830) dan Implikasinya pada Hubungan Cina-Jawa. In: Peter Carey, Orang Cina, Bandar Tol, Candu dan Perang Jawa - Perubahan Persepsi Tentang Cina 1755 - 1825.(ix -xxxii).Komunitas Bambu, Jakarta. Cetakan pertama.

McLean, John (1988). Crumbled Memories and Scattered Kisses. Unpublished typescript.

Nursanty, Lina (2015). Gang Simcong dan SD Simcong. Pikiran Rakyat, Bandung, 21 April; Romeo dan Juliet dari Citepus. Pikiran Rakyat, 05 Mei; Penelusuran belum usai. Pikiran Rakyat, 12 Mei; Wijkmeester Citepus. Pikiran Rakyat, 16 Juni; Berakhirnya Sistem Opsir Tionghoa. Pikiran Rakyat, 23 Oktober; Kesaksian Anak Wijkmeester Citepus. Pikiran Rakyat, 24 Oktober.

Ong, Hok Ham (2009). Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Komunitas Bambu, Depok, Jakarta.Cetakan kedua.

Suganda, Her (2007). Jendela Bandung. Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Tanuwihardja, Benjamin (2012). Berburu jejak leluhur di Xia Men, Fu Jian. http://web.budaya- tionghoa.net/index.php/item/2595-berburu-jejak-leluhur-di-xiamen-fujian.

Tan, Soey Beng (2015). Jejak Leluhur dari Fu Jian sampai ke tanah Parahyangan. Journal Sosioteknologi Institut Teknologi Bandung, 14 (3), 326-342.

Tjahjadi, Bambang (2015). Tan Sim Tjong - Pendukung Pernikahan Semarga. Pikiran Rakyat, Bandung, 23 Juni.

Tjahjadi, Bambang (2016). Melawan Adat Pernikahan Tionghoa Tradisional - Kasus Keluarga Tan Sim Tjong Dalam Komunitas Tionghoa Peranakan Di Bandung Pada Awal Abad Ke 20. In: Proceeding of the Third International Conference on Chinese Indonesien Studies (ICCIS), 16-17 March 2016, Universitas Tarumanegara, pp 253-262. Jakarta.

Tunas, Devisanthi (2009). The Chinese Settlement of Bandung at the turn of the 20th century. Papiroz, Rijswijk.

Weggel, Oskar (1980).Chinesische Rechtsgeschichte. E.J. Brill, Leiden-Kln.

Wilhelm, Richard(1930). Chinesische Wirtschaftspsychologie. Deutsche Wissenschaftliche Buchhandlung, Leipzig.

Published

2016-08-24

Issue

Section

Articles