STUDI PENGOLAHAN AIR SUNGAI TANGGULAN SUB DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN FLOATING TREATMENT WETLANDS DENGAN POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR
Abstract
Abstrak: Mayoritas penduduk Indonesia yang menempati wilayah bantaran sungai masih membuang air limbah domestiknya langsung ke sungai sehingga kualitas air sungai menurun drastis. Padahal air sungai merupakan salah satu sumber air utama yang dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum, misalnya air sungai Cikapundung di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Masyarakat di bagian timur sungai ini membuang air limbah domestiknya ke sungai tersebut, sementara masyarakat di bagian barat sungai menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, peralatan dapur, bahkan bahan makanan. Hal inilah yang membuat sungai di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung ini menjadi perhatian utama dalam kebutuhan teknologi pengolahan air yang efektif dan tepat guna. Ketepatgunaan teknologi ini juga harus meliputi partisipasi masyarakat. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi pengolahan floating tretment wetlands dengan 3 variasi tumbuhan dan potensi aplikasinya sebagai teknologi pengolahan air yang tepat guna di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung. Penelitian mengenai efisiensi pengolahan dari floating treatment wetlands (FTWs) yang memiliki 3 tipe tumbuhan, Ipomoea reptans, Amaranthus tricolor, dan Lactuca sativa, dilakukan dalam skala laboratorium dalam kondisi batch. Wawancara dan kuesioner dilakukan terhadap 34 orang dari 137 KK dengan tingkat kesalahan 0,16 untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di Kampung Tanggulan, Dago Pojok, Bandung, Indonesia. Hasil efisiensi penyisihan rata-rata yang didapat mencapai lebih dari 45 % total suspended solids (TSS), 63 % chemical oxygen demand (COD), 84 % biological oxygen demand (BOD5), 73 % Ammonium (NH4+-N) dan 86 % ortofosfat (PO43-). Berdasarkan pengamatan didapat bahwa vegetasi dengan pengolahan terbaik adalah I reptans. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, teknologi FTWs ini berpotensi untuk menjadi teknologi tepat guna dengan partisipasi masyarakat yang mungkin diaplikasikan untuk restorasi sungai Cikapundung.
References
Ariva, L (2013) Kajian Keterkaitan Faktor Lingkungan terhadap Indeks Jentik Nyamuk dan Kejadian Demam Berdarah di Kelurahan Cicadas Bandung. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.
Eaton AD, Clesceri SL, Greenberg EA (1995) Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Association, Washington
Fonder N, Headley T (2010) Systematic nomenclature and reporting for treatment wetlands. In: Vymazal J (ed) Water and Nutrient Management in Natural and Constructed wetlands. Springer, Dordrecht, pp 191-220
Kyambadde J, Kansiime F, Gumaelius L, Dalhammar G (2004) A comparative study of Cyperus papyrus and Miscanthidium violaceumbased constructed wetlands for wastewater treatment in a tropical climate. Water Research 38(2):475-485
Tanner CC, Headley TR (2011) Components of floating emergent macrophyte treatment wetlands influencing removal of stormwater pollutants. Ecological Engineering 37:474-486
Vymazal J (2007) Removal of nutrients in various types of constructed wetlands. Science of the Total Environment 380(1-3): 48-65
Weragoda, S.K., Jinadasa, K. B. S. N, Zhang, D. Q, Gernsberg, R. M., Tan, S. K., Tanaka, N., Jern, N. W. (2012) Tropical Application of Floating Treatments Wetlands. Society of Wetland Scientists DOI 10.1007/s13157-012-0333-5